Krisis energi dan peningkatan timbulan sampah saat ini menjadi permasalahan yang sangat penting yang muncul seiring meningkatnya pertambahan penduduk dan sector ekonomi. Sumber energi memiliki jumlah yang terbatas, jika dieksploitasi terus menerus maka sumber energi akan semakin menipis. Perlu adanya sumber energi yang baru yang dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Sedangkan di Indonesia sendiri plastik merupakan salah satu karakteristik yang banyak menjadi penyumbang sampah. Plastik memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan lainnya karena ringan, murah, dan bersifat isolator. Hal ini memicu banyaknya peningkatan penggunaan plastik.
Namun saat tidak digunakan lagi plastik memiliki kelemahan yaitu tidak dapat membusuk dan menyerap air. Cara agar mengatasinya telah diteliti oleh berbagai para pakar lingkungan dan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Salah satunya adalah dengan cara mendaur ulang limbah plastic. Namun, cara ini tidak terlalu efektif. Hanya sekitar 4% yang dapat didaur ulang, sisanya menggunung di tempat pembuangan sampah. Pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar cair dapat menjadi salah satu solusi permasalahan limbah plastik dan energi yang menjadi masalah yang serius dalam lingkungan.
Bahan Alternatif
Bahan bakar alternatif merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi jenis bahan bakar yang umum digunakan. Menggunakan bahan bakar alternative bukan berarti bahwa penggunaannya bahan bakar tersebut murni 100%. Penggunaanya menggunakan perbandingan atau dicampur dengan bahan bakar yang umumnya dipakai, jika penggunaannya murni 100% dari bahan bakar alternatif maka perlu kajian yang lebih dalam lagi tentang konstruksi mesin yang cocok terhadap karakteristik bahan bakar alternatif tersebut.Sifat plastik yang tidak dapat membusuk menjadi masalah setelah tidak digunakan. Data tahun 2008 dari Deputi Pengendalian Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan, setiap individu rata-rata menghasilkan 0,8 kilogram sampah dalam satu hari dengan kadar 15 persennya adalah plastik. Dengan asumsi ada sekitar 220 juta penduduk di Indonesia, maka sampah plastik yang tertimbun mencapai 26.500 ton/hari, sedangkan jumlah timbunan sampah nasional diperkirakan mencapai 176.000 ton/hari. Plastik sendiri dikatakan sebagai senyawa organik yang berarti komponen utama plastik adalah unsur karbon C dan unsur hidrogen H atau senyawa hidrokarbon dengan ikatan kovalen. Dalam plastik juga terkandung unsur yang lain seperti oksigen O, nitrogen N, Chlor Cl dan belerang S. Senyawa hidrokarbon juga merupakan komponen utama yang menyusun BBM. Karena komponen utama plastic berupa hidrokarbon maka plastik dapat diolah menjadi BBM.
Proses Konversi Limbah Plastik
Salah satu upaya baru yang telah
dilakukan peneliti adalah mengubah limbah plastic menjadi sumber energy baru. Berikut
beberapa tahapan proses pengolahan limbah plastic yaitu:
1. Pirolisis
Teknik yang digunakan untuk dekomposisi adalah
teknik pirolisis. Pirolisis yaitu pemanasan pada kondisi bebas oksigen. Dalam
proses pirolisis komponen organic dalam bahan dapat menghasilkan produk cair
dan gas,yang bisa berguna sebagai bahan bakar atau sumber bahan kimia. (Nugraha,
2013). Proses pirolisis mengolah limbah plastic
dengan cara memanaskannya pada suhu mencapai 300
C didalam reactor kemudian uapnya akan mengalir
melalui kondensor sehingga uap tersebut mengembun dan berubah menjadi cair.
Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu gas (H2,CO,
CO2, H2O, dan CH4), tar,dan arang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pirolisis adalah :
- Waktu
- Suhu
- Ukuran Partikel
- Berat Partikel
(Wahyudi,2001)
2. Proses Hydrotreating/Hydrocracking
Yaitu proses penyulingan untuk memisahkan
unsure-unsur yang dihasilkan pada proses pirolisis. Tujuan dari proses ini agar
senyawa aromatic dan senyawa polar dapat dikurangi atau dihilangkan.
3. Proses Hidro- Isomerisasi
Pada proses ini
digunakan katalis khusus yang berfungsi menjadikan molekul-molekul isomer yang
mempunyai viskositas yang tinggi. Katalis memegang peranan yang penting dalam
kualitas hidrokarbon yang dihasilkan untuk menurunkan energy yang terjadi pada
proses pembakaran selain itu katalis juga berperan untuk menurunkan konsentrasi
Cl yang ada pada cairan yang terbentuk sebagai hasil prodiuk pembakaran.
Katalis yang umumnya digunakan adalah zeolite,
polysilicate component,, pseudoboehmite component dan clay component. Hasil
dari minyak limbah plastic ini selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai campuran
premium dan pertamax untuk mengetahui emisi gas buang (Ermawati, 2011).
Borsodi dkk,2011 melakukan penelitian tentang pirolisis terhadap plastic yang terkontaminasi untuk memperoleh senyawa hidrokarbon. Pirolisis ini dilakukan di dalam reactor tabung, dengan pemasukkan material plastic secara kontinyu. Plastik yang diproses ada dua macam, yaitu HDPE dalam kondisi bersih dan HDPE yang terkontaminasi minyak pelumas. Dalam penelitian ini temperature pirolisis 500 °C, Pirolisis dilakukan dengan katalis (thermo-catalytiv pyrolysis) dan tanpa katalis (thermal pyrolysis). Katalis yang digunakan adalah Y-zeolite. Dari penelitian ini diketahui bahwa HDPE yang terkontaminasi produk volatilenya lebih tinggi dan densitasnya juga lebih tinggi. Pemakaian katalis mempengaruhi proses cracking pada HDPE yang tidak terkontaminasi, tetapi pada HDPE yang terkontaminasi pengaruh pemakaian katalis tidak signifikan. Pemakaian katalis menurunkan densitas dari minyak yang dihasilkan dari proses pirolisis.Referensi:
- Ermawati R, 2011. Konversi Limbah Plastik Sebagai Sumber Energi Alternatif, Jurnal Riset Industri Vol.V,No.3, Balai Besar Kimia dan Kemasan, Kementrian Perindustrian
- Nugraha, 2013, Pembuatan Fuel dari Liquid Hasil Pirolisis Plastik Polipropilen Melalui Proses Reforming dengan Katalis NiO/T-Al2O3 , Fakultas Teknologi Industri, Institut Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya
- Wahyudi,2001,Pemanfaatan Blotong Menjadi Bahan Bakar Cair dan Arang dengan Proses Pirolisis, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UPN “Veteran” Jatim
Sekian
Thanks for reading
Semoga Membantu ^^